Belajar Computer Dunia Maya

Senin, 23 Januari 2012

KREATIVITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM



Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Kreativitas

Kreativitas merupakan hasil dari pikiran yang kreatif, atau kemampuan seseorang untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru. Menurut Jauh Yung dalam Ibrahim Muhammad, “Istilah Kreativitas (creativity) berasal dari kata Latin, “Creare” yang artinya berbuat (to make) atau dari kata Yunani “Kreiniene” yang artinya berhasil atau mewujudkan (full fill)”. Sedangkan dalam bahasa Arab, dalam Lisan Al-Arab, karya Ibnu Manzhur, ditegaskan bahwa arti kata Ibda’ adalah menciptakan tanpa contoh, artinya menciptakan sesuatu yang baru dan bernilai.[1] Jadi, Jauh Yung mengisyaratkan bahwa kreativitas mencakup tiga unsur keahlian, baru dan bernilai. Maksudnya adalah keahlian dalam memunculkan sesuatu yang baru yang memiliki nilai dan manfaat.

Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda. Sedemikian beragam definisi itu, sehingga pengertian kreativitas bergantung pada bagaimana pandangan orang yang mendefinisikannya. Dalam kamus Bahasa Indonesia, kreativitas berarti daya cipta atau kemajuan mencipta. Dalam hal ini kreativitas lebih diartikan pada cipta atau kemajuan mencipta. Dalam hal ini kreativitas lebih diartikan pada kemampuan membuat gabungan atau kombinasi-kombinasi baru dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya, sekalipun dalam bentuk sederhana.[2]

Sedangkan menurut Drevdahl kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Ia dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintetis pemikiran yang hasilnya perangkuman. Ia mungkin mencakup pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya dan pencangkokan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup pembentukan korelasi baru. Ia harus mempunyai maksud atau tujuan yang ditentukan, bukan fantasi semata, walaupun merupakan hasil yang sempurna dan lengkap. Ia mungkin dapat berbentuk produk seni, kesusteraan, produk ilmiah, atau mungkin bersifat prosedural atau metodologis.[3]

Maslow dalam Amal Abdussalam memberikan kreativitas adalah “suatu kekuatan yang tersimpan dibalik kesempurnaan manusia”. Kreativitas ini didasarkan pada asas cinta dan kebebasan dalam berekspresi dari hasrat dan dorongan yang ditemukan dalam diri manusia. Sedangkan Frome berpendapat bahwa “Kreativitas adalah menghasilkan sesuatu yang baru dan dapat dilihat atau didengar”.[4] Menurut Abdul Mustakim mengartikan kreativitas sebagai daya cipta, kemampuan dan keinginan untuk selalu menciptakan hal-hal yang baru.[5]

Ibrahim Muhammad memberikan pengertian kreativitas adalah “suatu solusi baru yang orisinal terhadap problematika keilmuan, pekerjaan, seni atau sosial atau menyebutkan sejumlah alternatif baru yang mampu menerobos dan menyelesaikan problematika dengan solusi jitu, baru dan orisinal.[6] Sedangkan Guilford dalam Ibrahim memberikan pengertian kreativitas adalah “melahirkan” menciptakan dan memproduksi sesuatu yang baru.[7]

Hurlock memberikan pengertian kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru. Proses kreatif sebagai “munculnya dalam tindakan suatu produk yang tumbuh dari keunikan individu di satu pihak, dan dari kejadian, orang-orang dan keadaan hidupnya di lain pihak.[8]

David Campbell memberikan pengertian kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya (1) baru (novel): inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, mengejutkan; (2) berguna (useful): lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik banyak; (3) dapat dimengerti (understandable): hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat dilain waktu. Peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tak dapat diramalkan, tak dapat diulangi mungkin saja baru dan berguna, tetapi lebih merupakan hasil keberuntungan (luck), bukan kreativitas.[9]

Bagi beberapa orang, kreativitas dianggap sebagai suatu kemampuan untuk menghasilkan gagasan baru atau wawasan segar, sebagai hasil dari pola pikir yang out of the box. Dalam sebuah kamus, kreativitas di kemukakan sebagai proses yang menghasilkan sesuatu yang tidak berkembang secara alamiah atau tidak dibuat dengan cara yang biasa. Kreativitas didefinisikan sebagai suatu pengalaman untuk mengungkapkan dan mengaktualisasikan identitas individu seseorang secara terpadu dalam hubungan eratnya dengan diri sendiri, orang lain, dan alam.[10]

Ditinjau dari sisi yang lain, kreativitas adalah proses yang digunakan seseorang untuk mengekspresikan sifat dasarnya melalui suatu bentuk atau median sedemikian rupa sehingga rasa puas bagi dirinya; menghasilkan suatu produk yang mengomunikasikan sesuatu tentang diri orang tersebut kepada orang lain. Sehingga kreativitas menjadi sangat pribadi sifatnya karena kreativitas adalah menjadi diri sendiri dan mengekspresikan diri sendiri.[11]

Walaupun kreativitas dimulai sebagai proses didalam perasaan atau gagasan tetapi juga harus menghasilkan sesuatu yang dapat dilihat. Pikiran dan perasaan mungkin menarik dan penting, tetapi pikiran dan perasaan bukanlah kreatif itu sendiri. Harus ada suatu produk yang mengungkapkan semua pikiran dan perasaan tersebut.[12] Sebagus apapun ide yang kita miliki kalau tidak sampai menjadi kenyataan juga tidak akan dapat dinikmati oleh orang lain. Ini berarti memiliki ide cemerlang barulah awal dari suatu pekerjaan, selanjutnya adalah kerja keras, perencanaan yang matang, usaha persuasif yang jitu dan daya tahan untuk merealisasikan ide tersebut sampai menjadi kenyataan.[13]

Tingkat energi, spontanitas dan kepetualangan yang luar biasa sering tampak pada orang kreatif. Demikian pula keinginan yang besar untuk mencoba aktivitas yang baru dan mengasyikkan. Csiszentmihalyi, mengemukakan bahwa yang paling pokok menandai individu kreatif adalah kemampuan mereka yang luar biasa untuk menyesuaikan diri terhadap semua situasi dan untuk melakukan apa yang perlu dilakukan dalam mencapai tujuannya. Dia juga mengemukakan karakteristik individu yang kreatif diantaranya:

a. Mereka memiliki energi fisik dan psikis yang luar biasa, sehingga terlihat seolah-olah tidak pernah capek dan lelah.

b. Mereka cerdas dan cerdik, tetapi pada saat yang sama mereka juga menjadi naif, mereka di satu sisi memiliki kebijaksanaan, tetapi juga bisa seperti anak-anak mereka mampu berpikir konvergen sekaligus divergen.

c. Mereka bisa bermain dan berdisiplin, ini menunjukkan mereka memiliki keluwesan pribadi yang tinggi.

d. Mereka memiliki imajinasi yang tinggi, tetapi juga mampu berpikir sangat realistis.

e. Mereka dapat bersikap rendah hati, namun sekaligus dapat membanggakan diri.[14]

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang baru sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah baik dalam bidang keilmuan, pekerjaan, seni atau sosial sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru yang sudah ada sebelumnya, juga merupakan sesuatu yang baru, bernilai dan bermanfaat yang dapat dilihat atau didengar.

2. Ciri-ciri Kreativitas

Untuk disebut sebagai seorang yang kreatif, maka perlu diketahui tentang ciri-ciri atau karakteristik orang yang kreatif. Berikut ini di kemukakan beberapa pendapat orang ahli tentang ciri-ciri orang yang kreatif. Menurut Utami Munandar menjabarkan ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif sebagai berikut:

a. Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (Aptitude)

1) Keterampilan berpikir lancar yaitu, (a) mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan, (b) memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, (c) selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

2) Keterampilan berpikir luwes (fleksibel) yaitu (a) menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, (b) dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, (c) mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, (d) mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.

3) Keterampilan berpikir rasional yaitu (a) mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, (b) memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, (c) mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

4) Keterampilan mengerinci atau mengolaborasi yaitu (a) mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, (b) menambah atau memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik.

5) Keterampilan menilai (mengevaluasi) yaitu (a) menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat atau suatu tindakan bijaksana, (b) mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, (c) tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakannya.



b. Ciri-ciri Afektif (Non-aptitude)

1) Rasa ingin tahu yaitu (a) selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, (b) mengajukan banyak pertanyaan, (c) selalu memperhatikan orang, objek dan situasi, (d) peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui/meneliti.

2) Bersifat imajinatif yaitu (a) mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi, (b) menggunakan khayalan dan kenyataan.

3) Merasa tertantang oleh kemajuan yaitu (a) terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit, (b) merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit, (c) lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit.

4) Sifat berani mengambil resiko yaitu (a) berani mengambil jawaban meskipun belum tentu benar, (b) tidak takut gagal atau mendapat kritik, (c) tidak menjadi ragu-ragu karena ketidakjelasan, hal-hal yang tidak konvensional, atau yang kurang berstruktur.

5) Sifat menghargai yaitu (a) dapat menghargai bimbingan dan pengarahan hidup, (b) menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang.[15]

Sedangkan menurut pendapat Sund dalam Slameto menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:
Hasrat keingintahuan yang cukup besar;
Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru;
Panjang akal;
Keinginan untuk menemukan dan meneliti;
Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit;
Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan;
Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas;
Berpikir fleksibel;
Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberikan jawaban lebih banyak;
Kemampuan membuat analisis dan sintesis;
Memiliki semangat bertanya serta meneliti;
Memiliki daya abstraksi yang cukup baik;
Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.[16]

Menurut Sidneu Parnes, Ruth Noller, M.O. Edwards dalam Reni Akbar Hawadi dkk, mengemukakan tentang teknik pemecahan masalah secara kreatif melalui 5 (lima) tahap yaitu: pertama, menemukan fakta (fact finding) dalam tahapan ini diajukan pertanyaan-pertanyaan faktual, yang menyatakan tentang apa yang terjadi dan yang ada dimasa sekarang atau di masa lalu. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikelompokkan kedalam dua fase, yaitu fase divergen di mana pertanyaan-pertanyaan ditulis berdasarkan apa yang muncul dari pikiran kita dengan tidak mempersoalkan apakah pertanyaan tersebut bisa memperoleh data yang relevan atau tidak. Fase Konvergen, di mana pertanyaan-pertanyaan faktual diseleksi mana yang penting dan releva dan selanjutnya dicari jawaban yang paling tepat. Kedua, menemukan masalah(problem finding) dalam tahap ini diajukan banyak kemungkinan pertanyaan kreatif. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diangkat dalam penemuan fakta. Ketiga, menemukan gagasan (idea finding) dalam tahap ini diinginkan untuk diperoleh alternatif jawaban sebanyak mungkin untuk pemecahan masalah yang telah ditentukan dalam tahap sebelumnya yaitu mengumpulkan alternatif jawaban sebanyak-banyaknya dan menyeleksi jawaban atau gagasan yang paling relevan dan tepat untuk memecahkan masalah. Keempat, menemukan jawaban (solution finding) dalam tahap ini disusun kriteria, tolak ukur, atau persyaratan untuk menentukan jawaban. Melalui pikiran divergen, tolak ukur disusun berdasarkan antisipasi terhadap semua kemungkinan yang bakal terjadi baik yang bersifat positif maupun negatif sekiranya salah satu gagasan dipakai dalam pemecahan masalah. Sedangkan berpikir konvergen, alternatif jawaban yang ditemukan berdasarkan tolak ukur yang telah disusun diseleksi mana yang lebih tepat dan relevan atau beresiko paling rendah apabila diangkat sebagai jawaban yang akan dipakai untuk memecahkan masalah.[17]

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang yang kreatif mempunyai suatu motivasi yang tinggi dalam mengenal masalah-masalah yang bernilai. Mereka dapat memusatkan perhatiannya pada suatu masalah secara alamiah dan mengkaitkannya baik secara sadar maupun tidak, untuk memecahkannya. Ia menerima ide yang baru, yang muncul dari dirinya sendiri atau yang dikemukakan oleh orang lain. Kemudian ia mengkombinasikan pikiran nya yang matang dengan intuisinya secara selektif, sebagai dasar pemecahan yang baik. Ia secara energik menterjemahkan idenya melalui tindakan dan mengakibat kan hasil pemecahan masalah yang sangat berguna.

Ciri-ciri perilaku yang ditentukan pada orang-orang yang memberikan sumbangan kreatif yang menonjol terhadap masyarakat di kemukakan oleh David Cambell sebagai berikut: (1) berani dalam pendirian/keyakinan; (2) ingin tahu; (3) mandiri dalam berpikir dan mempertimbangkan; (4) menyibukkan diri sendiri terus menerus dengan kerjaannya; (5) intuitif; (6) ulet; (7) tidak bersedia menerima pendapat dan otoritas begitu saja.[18]

Berbagai macam karakteristik di atas jarang sekali tampak pada seseorang secara keseluruhan, akan tetapi orang-orang kreatif akan lebih banyak memiliki ciri-ciri tersebut. Dari berbagai karakteristik orang yang kreatif dapat disimpulkan bahwa guru yang kreatif cirinya adalah : punya rasa ingin tahu yang dimanfaatkan semaksimal mungkin, mau berkerja keras, berani kemampuan interlektualnya dimanfaatkan semaksimal mungkin, mandiri, dinamis, penuh inovasi/gagasan dan daya cipta, bersedia menerima informasi, menghubungkan ide dengan pengalaman yang diperoleh dari berbagai sumber yang berbeda, cenderung menampilkan berbagai alternatif terhadap subjek tertentu.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa kreativitas dapat ditumbuhkembangkan melalui suatu proses yang terdiri dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya. Menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, kreativitas secara umum dipengaruhi kemunculannya oleh adanya berbagai kemampuan yang dimiliki, serta kecakapan melaksanakan tugas-tugas. Tentunnya kreativitas dikalangan guru dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya:

a. Iklim kerja yang memungkinkan para guru meningkatkan pengetahuan dan kecakapan dalam melaksanakan tugas.

b. Kerja sama yang cukup baik antara berbagai personil pendidikan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.

c. Pemberian penghargaan dan dorongan semangat terhadap setiap upaya yang bersifat positif bagi para guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

d. Perbedaan status yang tidak terlalu tajam diantara personel sekolah sehingga memungkinkan terjalinnya hubungan manusiawi yang lebih harmonis.

e. Pemberian kepercayaan kepada para guru untuk meningkatkan diri dan mempertunjukkan karya dan gagasan kreatifnya.

f. Menimpakan kewenangan yang cukup besar kepada para guru dalam melaksanakan tugas dan memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas.

g. Pemberian kesempatan kepada para guru untuk ambil bagian dalam merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang merupakan bagian dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar.[19]

2. Kreativitas guru dalam proses pembelajaran

Mengajar adalah suatu perbuatan yang kompleks, disebut kompleks karena dituntut dari guru kemampuan personil, profesional, dan sosial kultural secara terpadu dalam proses belajar mengajar. Dikatakan kompleks karena dituntut dari guru tersebut integrasi penguasaan materi dan metode, teori dan praktek dalam interaksi siswa. Dikatakan kompleks karena sekaligus mengandung unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai dan keterampilan dalam proses belajar mengajar.

Dalam proses belajar mengajar sesuai dengan perkembangannya guru tidak hanya berperan untuk memberikan informasi terhadap siswa, tetapi lebih jauh guru dapat berperan sebagai perencana, pengatur dan pendorong siswa agar dapat belajar secara efektif dan berikutnya adalah mengevaluasi dari keseluruhan proses belajar mengajar. Jadi dalam situasi dan kondisi bagaimanapun guru dalam mewujudkan proses belajar mengajar tidak terlepas dari aspek perencanaaan, pelaksaan dan evaluasi karena guru yang baik harus mampu berperan sebagai planner, organisator, motivator dan evaluator.

Dari uraian diatas jelas bahwa proses belajar mengajar diperlukan guru-guru yang profesional dan paling tidak memiliki tiga kemampuan yaitu kemampuan membantu siswa belajar efektif sehingga mempu mencapai hasil yang optimal, kemampuan menjadi penghubung kebudayaan masyarakat yang aktif dan kreatif serta fungsional dan pada akhirnya harus memiliki kemampuan menjadi pendorong pengembangan organisasi sekolah dan profesi. Dengan kemampuan ini diharapkan guru lebih kreatif dalam proses belajar mengajarnya.

Ada beberapa syarat untuk menjadi guru yang kreatif sebagaimana yang dikemukakan oleh Munandar yaitu:

a. Profesional, yaitu sudah berpengalaman mengajar, menguasai berbagai teknik dan model belajar mengajar, bijaksana dan kreatif mencari berbagai cara, mempunyai kemampuan mengelola kegiatan belajar secara individual dan kelompok, di samping secara klasikal, mengutamakan standar prestasi yang tinggi dalam setiap kesempatan, menguasai berbagai teknik dan model penelitian.

b. Memiliki kepribadian, antara lain: bersikap terbuka terhadap hal-hal yang baru, peka terhadap perkembangan anak, mempunyai pertimbangan luas dan dalam, penuh perhatian, mempunyai sifat toleransi, mempunyai kreativitas yang tinggi, bersikap ingin tahu.

c. Menjalin hubungan sosial, antara lain: suka dan pandai bergaul dengan anak berbakat dengan segala keresahannya dan memahami anak tersebut, dapat menyesuaikan diri, mudah bergaul dan mampu memahami dengan cepat tingkah laku orang lain.[20]

Apabila syarat diatas terpenuhi maka sangatlah mungkin ia akan menjadi guru yang kreatif, sehingga mampu mendorong siswa belajar secara aktif dalam proses belajar mengajar. Menurut Budi Purwanto, tahapan dalam kegiatan belajar mengajar pada dasar nya mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada kreativitas guru dalam proses belajar mengajar mencakup cara-cara guru dalam mengadakan evaluasi.

1. Cara guru dalam merencanakan proses belajar mengajar

Seorang guru didalam merencanakan proses belajar mengajar diharapkan mampu berkreasi dalam hal:

a. Merumuskan tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional dengan baik dalam perencanaan proses belajar mengajar, perumusan tujuan pembelajaran merupakan unsur terpenting, sehingga perlu dituntut kreativitas guru dalam menentukan tujuan-tujuan yang dipandang memiliki tingkatan yang lebih tinggi. Dibidang kognitif siswa diharapkan mampu memahami secara analisa, sintesa, dan mampu mengadakan evaluasi tidak hanya sekedar ingatan atau pahaman saja. Disamping itu diharapkan dapat mengembangkan berpikir kritis yang akhirnya digunakan untuk mengembangkan kreativitas.

b. Memiliki buku pendamping bagi siswa selain selain buku paket yang ada yang benar-benar berkualitas dalam menunjang materi pelajaran sesuai kurikulum yang berlaku. Untuk menentukan buku-buku pendamping diluar buku paket yang diperuntukkan siswa menuntut kreativitas tersendiri yang tidak sekedar berorientasi kepada banyaknya buku yang harus dimiliki siswa, melainkan buku yang digunakan benar-benar mempunyai bobot materi yang menunjang pencapaian kurikulum bahkan mampu mengembangkan wawasan bagi siswa dimasa datang.

c. Memilih metode mengajar yang baik yang selalu menyesuaikan dengan materi pelajaran maupun kondisi siswa yang ada. Metode yang digunakan guru dalam mengajar akan berpengaruh terhadap lancarnya proses belajar mengajar, dan menentukan tercapainya tujuan dengan baik. Untuk itu diusahakan dalam memilih metode yang menuntut kreativitas pengembangan nilai siswa dan membangkitkan semangat siswa dalam belajar.

d. Menciptakan media atau alat peraga yang sesuai dan menarik minat siswa. Penggunaan alat peraga atau media pendidikan akan memperlancar tercapainya tujuan pembelajaran. Guru diusahakan untuk selalu kreatif dalam menciptakan media pembelajaran sehingga akan lebih menarik perhatian siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Diusahakan seorang guru menciptakan alat peraga sendiri yang lebih menarik dibandingkan dengan alat peraga yang dibeli dari toko walaupun bentuknya lebih sederhana.

2. Cara guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar

Unsur-unsur yang ada dalam pelaksanaan proses belajar mengajar adalah bagaimana seorang guru dituntut kreasinya dalam mengadakan persepsi. Persepsi yang baik akan membawa siswa memasuki materi pokok atau inti pembelajaran dengan lancar dan jelas. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, bahasan yang akan diajarkan dibahas dengan bermacam-macam metode dan teknik mengajar. Guru yang kreatif akan memprioritaskan metode dan teknik yang mendukung berkembangnya kreativitas.

Dalam hal ini pula, keterampilan bertanya sangat memegang peranan penting. Guru yang kreatif akan mengutamakan pertanyaan divergen, pertanyaan ini akan membawa para siswa dalam suasana belajar kreatif. Dalam hal ini guru harus memperhatikan cara-cara mengajarkan kreativitas seperti tidak langsung memberikan pernilaian terhadap jawaban siswa, jadi guru melakukan teknik “berainstorming”. Diskusi dalam belajar kecil memegang peranan penting didalam pengembangan sikap kerja sama dan kemampuan menganalisa jawaban-jawaban siswa setelah dikelompokkan dan dapat menyimpulkan beberapa hipotesa terhadap masalah.

Selanjutnya guru boleh menggugah inisiatif siswa untuk melakukan eksperimen. Dalam hal ini ide-ide dari para siswa tetap dihargai meskipun idenya itu tidak tepat, yang penting setiap anak diberi keberanian untuk mengemukakan pendapatnya, termasuk didalam hal ini daya imajinasinya. Seandainya tidak ada satu pun cara yang sesuai atau memadai yang dikemukakan oleh para siswa, maka guru boleh membimbing cara-cara melaksanakan eksperimennya.

Tentu saja guru tersebut harus menguasai seluruh langkah-langkah pelaksanaannya. Dianjurkan supaya guru mengutamakan metode penemuan. Pendayagunaan alat-alat sederhana atau barang bekas dalam kegiatan belajar mengajar sangat dianjurkan, guru yang kreatif akan melakukannya, ia dapat memodifikasi atau menciptakan alat sederhana untuk keperluan pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga pada prinsipnya guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar guru dituntut kreativitasnya dalam mengadakan apersepsi, penggunaan teknik dan metode pembelajaran sampai pada pemberian teknik bertanya kepada siswa, agar pelaksanaan proses belajar mengajar mencapai tujuan yang telah ditentukan dan ditetapkan.

3. Cara guru dalam mengadakan evaluasi

Proses belajar mengajar senantiasa disertai oleh pelaksanaan evaluasi. Namun demikian, didalam kegiatan belajar mengajar seorang guru yang kreatif tidak akan dapat memberikan penilaian terhadap ide-ide atau pertanyaan dan jawaban anak didiknya meskipun kelihatan aneh atau tidak biasa. Hal ini sangat penting dalam pelaksanaan diskusi, kalau dikatakan bahwa untuk mengembangkan kreativitas maka salah satu caranya adalah dengan menggunakan keterampilan proses dalam arti pengembangan dan penguasan konsep melalui bagaimana belajar konsep, maka dengan sendirinya evaluasi harus ditujukan kepada keterampilan proses yang dicapai siswa disamping evaluasi kemampuan penguasaan materi pelajaran. Adapun kecenderungan melakukan penilaian hanya menggunakan tes pilihan ganda, atau pun pertanyaan yang hanya menuntut satu jawaban benar, merupakan tantangan atau hambatan bagi pengembangan, sehingga perlu kiranya dilakukan penilaian seperti yang dikembangkan dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi yaitu penilaian dengan portofolio, dimana mencakup dari segi kognitif, penilaian yang menyangkut perilaku siswa (afektif), dan penilaian yang menyangkut keterampilan motorik siswa (psikomotorik). Sehingga guru mempunyai perangkat penilaian yang lengkap dari masing-masing siswa yang nantinya akan berbarengan dalam penentuan akhir dari keberhasilan siswa tersebut.[21]

Dari uraian tersebut berarti bahwa orang kreatif dapat diketahui melalui kepribadian yang ditampilkan sebagai kebiasaan, sehingga menjadi ciri-ciri spesifik kedua ciri tersebut sama-sama penting, karena ditunjang oleh kepribadian yang sesuai, kreativitas seseorang tidak dapat berkembang secara wajar misalnya, siswa yang memiliki kemampuan berpikir asli, luwes dan lancar tetapi ia pemalas dan mudah menyerah, maka kemampuan tersebut tidak akan berkembang.

Orang kreatif memiliki kepekaan terhadap lingkungan, sehingga menjadikan dirinya kaya akan inisiatif dan nampak seperti tidak kehabisan akal dalam memecahkan suatu masalah. Karena itu orang kreatif lebih berorientasi kemasa kini dan masa depan. Kreativitas yang ditunjukkan oleh siswa sekolah dasar, biasanya ditengarai oleh perilaku-perilaku yang bagi guru justru sebagai hal yang menyenangkan atau bahkan menjengkelkan misalnya, siswa kreatif memiliki selera humor, suka bersenda gurau sehingga nampak main-main dalam menerima pelajaran, siswa kreatif tidak suka pada tradisi, otoritas dan hal-hal yang rutin, bahkan kadang-kadang terkesan nyentik dan nyeleneh, tidak bersih dan rapi (alias ngelomplot).

Namun perlu diketahui bahwa ada yang lebih esensi dari siswa kreatif ini, diantaranya adalah bahwa mereka dapat memberipetunjuk dan arahan pada dirinya sendiri, dapat menerima kedwiartian (ambiguitas), memperlihatkan kegigihan atau pantang menyerah, punya kebebasan, dalam arti tidak terbelenggu pada aturan-aturan yang telah digariskan, spontan dan fleksibel serta kontrol dari yang bersifat internal. Pendek kata sesuai kreatif itu selalu ada yang dikerjakan, unik dan berbeda.



DAFTAR PUSTAKA


[1] Ibrahim Muhammad, Menumbuhkan Kreativitas Anak, (Jakarta: Cendikia,2005),hal.21.

[2] Djoko Adi Wulajo, “Kreativitas” Artikel(Online), http://lead.sabda.org/mengajar ­ yang kreatif, diakses 2 Mei 2010._

[3] Drevdahl, “Pengertian Kreativitas” e-book Ilmu Pendidikan (Online), http://sabda,org/ mengajar_yang_kreatif_0, diakses 2 Mei 2010.

[4] Amal Abdussalam, Mengembangkan Kreativitas Anak, (Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2005 ),hal.13.

[5] Abdul Mustakim, Menjadi Orang Tua Bijak, ( Bandung: Al-Bayan, 2005),hal.117.

[6] Ibrahim Muhammad, Menumbuhkan Kreativitas,… hal.25.

[7] Ibid.,hal. 23.

[8] Marjohan, “Guru Perlu untuk Meredam Kebosanan” (Online), http://www. Padanghari ini. Com/?today=article, akses 11 Mei 2010.

[9] David Campbell, Mengembangkan Kreativitas, Disadur oleh AM. Mangunhardjana, (Yogyakarta: Kanisius,1986),hal.27.

[10] Olson Rebert W, Seni Berpikir Kreatif Sebuah Pedoman Praktis. Alfonsus Somosir (Ahli Bahasa), (Jakarta: Erlangga.1992),hal.12-14.

[11] Bean Reynold, Cara Mengembangkan Kreativitas anak, ahli bahasa: Dra.Med. Meita sari Tjandrasa, (Jakarta: Binarupa Aksara, 1995), hal.3-5.

[12] Ibid., hal.6-7.

[13] Hartanto, Djoko, Kreativitas – Antara Ide Cemerlang dan Kenyataan,(Majalah Desain Grafis Concept, vol.02,04).

[14] Triandoro Safari, Creativity Quotient Pedoman Mencetak Anak Super Kreatif, (Yogyakarta: Platinium Diqlossia Media Baru, 2005), hal.32-33.

[15] A.M. Heru Basuki, dalam Utami Munandar, Perkembangan Kreativitas,(Online),http:// www. Plb Jabar. Com/old/?inc=artikel id=56, diakses 8 Mei 2010.

[16] Sund dalam Slameto, “Pengertian dan Profesional Guru” (Online) http:// ucokhsb .blogspot. com/pengertian-dan-profesional-guru.html, diakses 8 mei 2010.

[17] Sidneu Parnes, Ruth Noller, M.O. Edwards dalam Reni Akbar Hawadi dkk, “Guru Kreatif” (Online) http://guru kreatif.wordpress.com/2009/10/09/6-ciri-guru- kreatif, diakses 7 mei 2010.

[18] David Cambell, Mengembangkan Kreativitas, disadur oleh A.M. Mangun hardjana, (Yogyakarta: Kanisius, 1986),hal.27.

[19] Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, Kreativitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar, artikel (online) http://rapidshare.com/artcel/2008/04/ kreativitas-pembelajaran. html, diakses 5 Mei 2010.

[20] Munandar, “Kreatif dalam Diri” e-book Ilmu Pendidikan (Online)http://moru. Blogspot .com /DisplayNews.aspx.html, diakses 6 Mei 2010.

[21] Budi Purwanto, Cara Guru dalam Proses Belajar Mengajar, artikel (online) http:// argument-apbi-blogspot.com, diakses 10 Juli 2010.

Related Post:

0 komentar:

Posting Komentar

DumPueNa CARA

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management